Senin, 14 Mei 2012

DIFUSI INOVASI REZKI SANDY WIGUNA


             NAMA       : REZKI SANDY WIGUNA
            NIM      : 2010-41-211
            KELAS : F KOMUNIKASI SOSIAL  PEMBANGUNAN 




DIFUSI INOVASI
Pada dasarnya Inovasi terjadi karena kebutuhan orang akan peningkatan kualitas hidup yang lebih baik,lebih murah, lebih mudah, lebih efisien, lebih efektif, dan berbagai kelebihan lainnya yang dapat memperbaiki dan/atau meningkatkan taraf kesejahteraan hidupnya. Juga, inovasi muncul karena adanya persoalan kehidupan yang memerlukan pemecahan. Sumber  inovasi itu dapat berasal dari dalam ataupun dari luar suatu sistem sosial. Tetapi, yang pasti, sekecil apa pun adanya sebuah inovasi, pasti akan menimbulkan perubahan sosial. Semakin besar dampak sebuah inovasi, baik itu dampak positif maupun negatif yang diusungnya, maka akan semakin besar pula pengaruhnya terhadap keadaan sosial masyarakat penggunanya. Namun, patut dicatat di sini, bahwa tidak setiap perubahan sosial itu merupakan dampak dari sebuah  inovasi. Oleh karena itu, agar sebuah inovasi dapat diterima, maka  selain inovasi itu sendiri, dimensi sosial pun harus mendapat perhatian yang cukup dalam menyebarkan dan memasyarakatkan sebuah inovasi.
Salah satu bekal yang berguna bagi usaha menyebarkan inovasi adalah pemahaman yang mendalam mengenai ide-ide baru itu tersebar kedalam suatu sistem sosial dan mempengaruhinya. Menyebarkan inovasi ke masyarakat itu penting dan tidak semudah dan selancar penciptaanya walaupun kadang-kadang banyak juga gagsan-gagasan, tindakan atau barang-barang baru yang tak terbendung lagi penyebarannya.
Difusi Inovasi adalah teori tentang bagaimana sebuah ide dan teknologi baru tersebar dalam sebuah kebudayaan . Teori ini dipopulerkan oleh Everett Rogers pada tahun 1964 melalui bukunya yang berjudul Diffusion of Innovations. Ia mendefinisikan difusi sebagai proses dimana sebuah inovasi dikomunikasikan melalui berbagai saluran dan jangka waktu tertentu dalam sebuah sistem sosial.


Pengertian inovasi menurut para ahli :

Menurut Rogers dan Shoemaker (1971)
Inovasi adalah suatu ide-ide baru, praktek-praktek baru, atau objek-objek yang dapat dirasakan sebagai sesuatu yang baru.
Menurut Lionberger dan Gwin (1982)
Inovasi tidak sekedar sebagai sesuatu yang baru tetapi lebih luas dari itu, yakni sesuatu yang dinilai baru atau dapat mendorong terjadinya pembaruan dalam masyarakat.
Secara umum inovasi dapat diartikan sebagai sesuatu ide, produk, informasi teknologi, kelembagaan, perilaku, nilai-nilai dan praktek-praktek baru yang belum banyak diketahui, diterima dan dilaksanakan Dengan menerapkan hal-hal tersebut besar kemungkinan dapat mendorong terjadinya perubahan-perubahan dalam segala aspek kehidupan masyarakat demi selalu terwujudnya perbaikan-perbaikan mutu hidup setiap individu dan seluruh warga masyarakat yang bersangkutan.

Pengertian Adopsi
Adopsi dalam penyuluhan pertanian pada hakekatnya dapat diartikan sebagai proses penerimaan inovasi atau perubahan perilaku baik yang berupa pengetahuan, sikap, maupun keterampilan pada diri seseorang setelah menerima inovasi yang disampaikan penyuluh pada petani atau masyarakat sasarannya.
        
   Inovasi yang dimaksud ini dapat berupa ide-ide dalam bercocok tanam, praktek – praktek ataupun cara kerja dan juga pola pikir masyarakat tersebut. Penerimaan hal tersebut mengandung makna sampai benar-benar tahu dan dapat melaksanakan atau menerapkan dalam kehidupan dan usaha taninya.


Pengertian Difusi Inovasi Dalam Penyuluhan
Yang dimaksud dengan proses difusi inovasi adalah perembesan adopsi inovasi dari suatu individu yang telah mengadopsi ke individu yang lain dalam sistem sosial masyarakat.


PENGERTIAN
Difusi adalah proses di mana sebuah ide/gagasan baru disebarkan kepada masyarakat dengan tujuan mereka mengetahui dan mengenali ide tersebut, yang pada akhirnya ide tersebut dapat diterima atau ditolak. Difusi dilakukan dengan menggunakan proses komunikasi yang memanfaatkan channel sebagai alat untuk menyebarluaskannya. “Difusion is the process by which an inovation is communicated through certain channels over time among the members of asocial system” yang  menjadi proses komunikasi inovasi antar warga masyarakat (anggota sistem sosial) dengan menggunakan saluran tertentu dan dalam waktu tertentu.
Dalam definisi tersebut komunikasi sangat ditekankan, dalam arti terjadinya saling tukar informasi (hubungan timbal balik), antar beberapa individu baik secara memusat (konvergen) maupun hubungan yang memencar (divergen), yang berlangsung secara spontan, dimana dari hasil komunikasi ini akan terjadi kesamaan pendapat antar warga masyarakat tentang suatu hasil inovasi.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia terdapat beberapa pengertian difusi diantaranya :
1). “proses penyebaran atau perembesan sesuatu (kebudayaan, teknologi, ide) dari satu pihak ke pihak lainnya, pengaruh migrasi dan pengalihan pranata budaya melewati batas-batas bahasa khususnya inovasi”
2). “…Penyebaran cahaya, pemancaran cahaya, yang arahnya tersebarkan ke segala jurusan...”
Selanjutnya Abdulah Hanafi (1986) menjelaskan bahwa difusi adalah proses dimana inovasi tersebar kepada anggota sistem sosial.
Dari beberapa definisi tersebut terdapat satu kesamaan yang menyatakan bahwa difusi merupakan suatu proses penyebaran suatu ide atau gagasan baru


KARAKTERISTIK  DIFUSI INOVASI
Dalam difusi inovasi, ada lima karateristik yang menandai setiap gagasan atau cara baru, diterima oleh masyarakat .
1.       Keuntungan – keuntungan relatif (relative advantages),  yaitu apakah cara – cara atau gagasan baru ini memberikan sesuatu keuntungan relatif bagi mereka yang kelak menerimanya.
2.       Keserasian (compatibility); yaitu apakah inovasi yang hendak di difusikan itu serasi dengan nilai – nilai, sistem kepercayaan, gagasan yang lebih dahulu diperkenalkan sebelumnya, kebutuhan, selera, adat – istiadat dan sebagainya dari masyarakat yang bersangkutan.
3.       Kerumitan (complexity); yakni apakah inovasi tersebut dirasakan rumit. Pada umumnya masyarakat tidak atau kurang berminat pada hal-hal yang rumit, sebab selain sukar untuk dipahami, juga cenderung dirasakan merupakan tambahan beban yang baru.
4.       Dapat dicobakan (trialability); yakni bahwa sesuatu inovasi akan lebih cepat diterima, bila dapat dicobakan dulu dalam ukuran kecil sebelum orang terlanjur menerimanya secara menyeluruh. Ini adalah cerminan prinsip manusia yang selalu ingin menghindari suatu resiko yang besar dari perbuatannya, sebelum ”nasi menjadi bubur”.
5.       Dapat dilihat (observability); jika suatu inovasi dapat disaksikan dengan mata, dapat terlihat langsung hasilnya, maka orang akan lebih mudah untuk mempertimbangkan untuk menerimanya, ketimbang bila inovasi itu berupa sesuatu yang abstrak, yang hanya dapat diwujudkan dalam pikiran, atau hanya dapat dibayangkan. Kelima karakteristik tersebut menentukan bagaimana tingkat penerimaan terhadap sesuatu inovasi yang di difusikan di tengah – tengah suatu masyarakat.

Elemen-Elemen Difusi
Difusi merupakan proses komunikasi inovasi antar warga masyarakat (anggota sistem sosial) dengan menggunakan saluran tertentu dan dalam waktu tertentu. Dari pengertian tersebut dapat kita jabarkan bahwa terdapat elemen-elemen difusi antara lain adalah:
Inovasi
Inovasi merupakan suatu ide, barang, kejadian, metode, yang diamati sebagai sesuatu yang baru bagi seseorang atau sekelompok orang, baik itu berupa suatu hasil invensi atau diskoveri, yang diadakan untuk mencapai tujuan tertentu (Ibrahim, 1988;40).
Apapun definisi yang diberikan untuk inovasi semuanya mengarah pada adanya suatu ide, hal-hal praktis metode atau upaya baru yang sifatnya mengarahkan manusia pada suatu perubahan menuju kondisi yang lebih baik. Menurut Rogers (1983), ada lima karakteristik inovasi berikut yang mempengaruhi tingkat kecepatan penerimaan inovasi. 
1.     Keuntungan (advantage): tingkat kemanfaatan/keuntungan bagi penerima inovasi.
2.  Kompatibilitas: tingkat kesesuaian inovasi dengan nilai, pengalaman, dan kebutuhan penerima.
3.     Kompleksitas: tingkat kesukaran dalam memahami dan menggunakan inovasi.
4.     Keterujian (trialability): dapat dicoba atau tidaknya suatu inovasi.
5.     Keteramatan (observability): mudah/tidaknya hasil inovasi diamati

 Manfaat difusi
Sesuai dengan definisi dari difusi maka manfaat dari difusi adalah untuk mengkomunikasikan suatu inovasi. Sebaik apapun inovasi tidak akan memberikan makna apabila tidak disampaikan kepada masyarakat yang berkepentingan dengan hasil inovasi tersebut. Inovasi akan memberikan dampak terhadap perubahan apabila didifusikan dengan benar melalui saluran yang benar dan tepat.


Tantangan dalam melakukan difusi inovasi
Seperti telah kita ketahui bahwa inovasi merupakan bagian dari perubahan sistem sosial karena sasarannya adalah sistem sosial, maka dari itu, pada saat kita melakukan proses difusi maka kemungkinan kita akan terbentur dengan masalah-masalah yang mungkin akan dihadapi, namun masalah tersebut tidak menjadi suatu hal yang menjadikan alasan proses difusi inovasi tersebut gagal, justru masalah-masalah yang dihadapi akan menjadi tantangan kita dalam melakukan difusi, adapun beberapa tantangan yang mungkin akan dihadapi adalah aspek-aspek politik, geografis, ekonomi, prosedur, personal, sosial budaya, dan lain sebagainya. Namun tantangan-tantangan difusi inovasi tersebut akan kita telaah pada kajian berikutnya.


Lima tahap proses adopsi
Tahap pengetahuan: Dalam tahap ini, seseorang belum memiliki informasi mengenai inovasi baru. Untuk itu informasi mengenai inovasi tersebut harus disampaikan melalui berbagai saluran komunikasi yang ada, bisa melalui media elektronik, media cetak , maupun komunikasi interpersonal di antara masyarakat
Tahap persuasi: Tahap kedua ini terjadi lebih banyak dalam tingkat pemikiran calon pengguna. Seseorang akan mengukur keuntungan yang akan ia dapat jika mengadopsi inovasi tersebut secara personal. Berdasarkan evaluasi dan diskusi dengan orang lain, ia mulai cenderung untuk mengadopsi atau menolak inovasi tersebut.

Tahap pengambilan keputusan: Dalam tahap ini, seseorang membuat keputusan akhir apakah mereka akan mengadopsi atau menolak sebuah inovasi. Namun bukan berarti setelah melakukan pengambilan keputusan ini lantas menutup kemungkinan terdapat perubahan dalam pengadopsian.
Tahap implementasi: Seseorang mulai menggunakan inovasi sambil mempelajari lebih jauh tentang inovasi tersebut.
Tahap konfirmasi: Setelah sebuah keputusan dibuat, seseorang kemudian akan mencari pembenaran atas keputusan mereka. Apakah inovasi tersebut diadopsi ataupun tidak, seseorang akan mengevaluasi akibat dari keputusan yang mereka buat. Tidak menutup kemungkinan seseorang kemudian mengubah keputusan yang tadinya menolak jadi menerima inovasi setelah melakukan evaluasi.


CONTOH DIFUSI INOVASI
Contoh yang fenomenal adalah keberhasilan Pemerintah Orde Baru dalam melaksanakan program Keluarga Berencana (KB). Dalam program tersebut, suatu inovasi yang bernama Keluarga Berencana, dikomunikasikan melalui berbagai saluran komunikasi baik saluran interpersonal maupun saluran komunikasi yang berupa media massa, kepada suatu sistem sosial yaitu seluruh masyarakat Indonesia. Dan itu terjadi dalam kurun waktu tertentu agar inovasi yang bernama Keluarga Berencana Tersebut dapat dimengerti, dipahami, diterima, dan diimplementasikan (diadopsi) oleh masyarakat Indonesia. Program Keluarga Berencana di Indonesia dilaksanakan dengan menerapkan prinsip difusi inovasi. Ini adalah contoh difusi inovasi, dimana inovasinya adalah suatu ide atau program kegiatan, bukan produk.
 Contoh lain adalah strategi percepatan adopsi inovasi teknologi pertanian. Silakan Anda baca. Dan hampir semua inovasi, apakah berupa ide atau produk, memerlukan proses difusi seperti dijelaskan di atas agar bisa diadopsi. Contoh, traktor agar petani bisa berpindah dari pola tradisional ke pola pertanian modern. Metode pembelajaran aktif agar guru berpindah dari metode pendidikan tradisional ke metode pendidikan modern. Apa lagi? Kompor gas, agar para ibu rumah tangga, bahkan di pedesaan dapat berpindah dari pola kompor minyak atau kayu ke kompor gas. Semuanya membutuhkan proses difusi yang melibatkan teknik komunikasi tertentu agar dapat diterima oleh suatu sistem sosial tertentu. Semua inovasi, memiliki karakteristik yang berbeda baik dari sisi inovasinya itu sendiri maupun sistem sosial dimana inovasi tersebut akan diberlakukan. Oleh karena itu, pendekatan komunikasi yang harus digunakan juga akan berbeda satu sama lain. Disinilah tantangannya bagi agen pemasaran produk dan jasa (inovasi) tertentu.


KESIMPULAN
          Dari beberapa paparan mengenai pengertian, elemen, manfaat dan tantangan difusi, maka dapat kita tarik kesimpulan bahwa:
Difusi adalah proses di mana sebuah ide/gagasan baru disebarkan kepada masyarakat dengan tujuan mereka mengetahui dan mengenali ide tersebut, yang pada akhirnya ide tersebut dapat diterima atau ditolak. Difusi dilakukan dengan menggunakan proses komunikasi yang memanfaatkan channel sebagai alat untuk menyebarluaskannya.
Elemen-elemen difusi antara lain adalah:
Inovasi
Saluran tertentu
waktu
Sistem sosial
Keempat elem ini merupakan elemen penting dalam proses difusi inovasi
Difusi merupakan salah satu tipe dari komunikasi yang bahannya adalah inovasi.
Sesuai dengan definisi dari difusi maka manfaat dari difusi adalah untuk mengkomunikasikan suatu inovasi. Sebaik apapun inovasi tidak akan memberikan makna apabila tidak disampaikan kepada masyarakat yang berkepentingan dengan hasil inovasi tersebut.
Inovasi (innovation) adalah suatu ide, barang, kejadian, metode yang dirasakan atau diamati sebagai suatu hal yang baru bagi seseorang atau sekelompok orang (masyarakat). Inovasi diadakan untuk mencapai tujuan tertentu atau untuk memecahkan suatu masalah tertentu.
Difusi didefinisikan sebagai suatu proses dimana suatu inovasi dikomunikasikan melalui saluran tertentu selama jangka waktu tertentu terhadap anggota suatu sistem sosial. Difusi dapat dikatakan juga sebagai suatu tipe komunikasi khusus dimana pesannya adalah ide baru. Disamping itu, difusi juga dapat diangap sebagai suatu jenis perubahan sosial yaitu suatu proses perubahan yang terjadi dalam struktur dan fungsi sistem sosial. Jelas disini bahwa istilah difusi tidak terlepas dari kata inovasi. Karena tujuan utama proses difusi adalah diadopsinya suatu inovasi oleh anggota sistem sosial tertentu. Anggota sistem sosial dapat berupa individu, kelompok informal, organisasi dan atau sub sistem.

Jumat, 23 Maret 2012

NAMA :REZKI SANDY WIGUNA
NIM      :2010-41-211
KELAS : F 
KOMUNIKASI SOSIAL DAN PEMBANGUNAN

     
           Sebelum membahas  Teori keseimbangan header, Teori Sosiometris dari Moreno dan Teori Perbandingan sosial Festinger saya akan menjelaskan sejarah komunikasi terlebih dahulu.

istilah komunikasi sudah lazim kita dengarkan namun didefinisikan secara luas berbagai pengalaman.
maka kata komunikasi atau communicatio dalam bahasa Inggris berasal dari kata latin communis yang berarti sama communicatio atau communicare yang berarti membuat sama 'to make cammon'. adalah istilah yang paling sering disebut sebagai asal usul kata komunikasi yang merupakan akar dari kata latin lainnya yang sama makna. Pada umumnya Definisi lain yang sama makna dengan komunikasi adalah komunitas (community) yang juga menekankan kesamaan dan kebersamaan. Kata ini merujuk kepada sekelompok yang berkumpul atau hidup bersama untuk mencapai tujuan tertentu sebagai proses pembagian makna dan sikap.Meskipun terdapat beberapa cara untuk mendefinisikan komunikasi dan Ilmu Pengetahuan. Namun definisi yang memiliki kerja secara teoritis ilmu komunikasi dapat dijelaskan. Yaitu ilmu komunikasi berusaha menjelaskan dan memahami produksi. 
  • TEORI KESEIMBANGAN (HEIDER)
 Teori Keseimbangan dari Heider
       Teori keseimbangan dari Heider adalah mengenai hubungan-hubungan antarpribadi yang artinya 4 mata tidak ada yang tau apa yang sedang di bicarakan dan di rencanakan yang artinya pribadi. Teori ini berusaha menerangkan bagaimana individu-individu sebagai bagian dari struktur sosial misalnya sebagai suatu kelompok cenderung untuk menjalin hubungan satu sama lain.
Teori Heider memusatkan perhatiannya pada hubungan intra-pribadi (intrapersonal) yang berfungsi sebagai daya tarik, yaitu semua keadaan kognitif yang berhubungan dengan perasaan suka dan tidak suka terhadap individu-individu dan objek-objek lain. 
      Teori Heider merupakan penjelasan yang sangat menarik tentang gejala-gejala kelompok dan menyediakan bagi para sarjana komunikasi beberapa cara yang bermanfaat untuk melihat kelompok yang mempunyai hubungan dengan kejadian-kejadian intra-pribadi yang berkaitan dengan dimensi-dimensi struktural dari perasaan suka. Teori ini mungkin juga bermanfaat untuk menerangkan beberapa kehadiran komunikasi terbuka di dalam kelompok, walau tidak secara langsung berhubungan dengan tingkah laku pesan.mengatakan bahwa ketika timbul ketegangan antara maupun didalam diri seseorang, ia mencoba untuk meredamnya atau mengatasinya dengan cara mempersuasi diri sendiri atau mencoba mempersuasi orang lain.ada tiga cara agar seseorang merasa seimbang. Pertama, komunikator dan komunikan bisa saja tidak menyukai sesuatu namun pada dasarnya mereka saling menyukai, jadi mereka pada dasarnya menyukai perbedaan tersebut. Kedua, komunikan dan komunikator bisa memiliki sikap positif mengenai suatu objek atau gagasan dan bisa saling berdiskusi mengenai sisi positif itu. Ketiga, komunikator dan komunikan bisa saja tidak setuju mengenai gagasannya tersebut dan juga mereka tidak saling suka, namun mereka bisa memperoleh informasi mengapa orang lain tidak menyukai objek atau gagasan tersebut. Artinya sebagai kritik membangun bagi masing-masing pihak.

Contoh kasus:
Dikka suka menonton acara bola dan tidak suka gosip namun Ais suka nonton gosip dan tidak suka bola. Mereka berdua berpacaran, dan saling menyanyangi. Mereka berdua merasa saling tidak ingin kehilangan satu sama lain. Jika salah satu dari mereka tidak merubah sikapnya, maka akan timbul tidak keseimbangan diantara mereka. 

  • TEORI SOSIOMETRIS (MORENO) 

 Teori Sosiometris dari Moreno

Pada dasarnya Sosiometris dapat diartikan sebagai pendekatan metodologis terhadap kelompok-kelpmpok yang diciptakan mula-mula oleh Moreno dan kemudian dikembangkan oleh Jennings dan oleh yang lainnya. Pada dasarnya teori ini berhubungan dengan “daya tarik” (attraction) dan “penolakan”(repulsions) yang dirasakan oleh individu-individu terhadap satu sama lain serta implikasi perasaan-perasaan ini bagi pembentukan dan struktur kelompok. 
Meskipun sosiometris tidak langsung berkepentingan dengan komunikasi, struktur sosiometris dari suatu kelompok tidak dapat disangkal berhubungan dengan beberapa hal yang terjadi dalam komunikasi kelompok. Cukup masuk akal untuk menganggap bahwa individu yang merasa tertarik satu sama lain dan yang saling menempatkan diri pada peringkat yang tinggi akan lebih suka berkomunikasi sedemikian rupa sehingga membedakan mereka dari berkomunikasi anggota-anggota kelompok yang saling membenci.

Contohnya:
Seseorang memiliki kesamaan selera dan minat,
maka beberapa orang memutuskan untuk membuat
suatu kelompok atau perkumpulan.
sebaliknya, jika
tidak memiliki kesamaan, maka orang akan menolak
untuk membuat kelompok.

  • TEORI PERBANDINGAN SOSIAL FESTINGER
    Teori perbandingan sosial adalah proses saling mempengaruhi dan perilaku saling bersaing dalam interaksi sosial ditimbulkan oleh adanya kebutuhan untuk menilai diri sendiri dan kebutuhan ini dapat dipenuhi dengan membandingkan diri dengan orang lain.

    Ada dua hal yang diperbandingkan dalam hubungan ini, yaitu:
    a. Pendapat (opinion)
    b. Kemampuan (ability)
    Perubahan pendapat relatif lebih mudah terjadi daripada perubahan kemampuan.
    1. Dorongan untuk menilai pendapat dan kemampuan
    Festinger mempunyai hipotesis bahwa setiap orang mempunyai dorongan (drive) untuk menilai pendapat dan kemampuannya sendiri dengan cara membandingkannya dengan pendapat dan kemampuan orang lain. Dengan cara itulah orang bisa mengetahui bahwa pendapatnya benar atau tidak dan seberapa jauh kemampuan yang dimilikinya (Sarwono, 2004).
    Festinger juga memperingatkan bahwa dalam menilai kemampuan, ada dua macam situasi, yaitu: Pertama, kemampuan orang dinilai berdasarkan ukuran yang obyektif, misalnya kemampuan mengangkat barbel. Kedua, kemampuan dinilai berdasarkan pendapat. Misalnya, untuk menilai kemampuan pelukis berdasarkan pendapat orang lain.
    2. Sumber-sumber penilaian
    Orang akan mengagungkan ukuran-ukuran yang obyektif sebagai dasar penilaian selama ada kemungkinan melakukan itu. Namun, jika tidak, maka orang akan menggunakan pendapat atau kemampuan orang lain sebagai ukuran.
    3. Memilih orang untuk membandingkan
    Dalam membuat perbandingan dengan orang lain, setiap orang mempunyai banyak pilihan. Namun, setiap orang cenderung memilih orang sebaya atau rekan sendiri untuk dijadikan perbandingan.